Tanggal 23 April 2021 kemarin, kita memperingati Hari Buku Sedunia. Hari ini sebelumnya ditetapkan oleh UNESCO untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya membaca, mengajarkan anak-anak jadi pembaca dan juga mempromosikan kecintaan akan sastra serta integrasi seumur hidup ke dalam dunia kerja.
Nah.. seperti yang kita ketahui sendiri, ada sebuah kiasan yang menyatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Sehingga, membaca buku merupakan suatu kegiatan untuk membuka jendela tersebut untuk mengetahui dunia yang belum kita ketahui sebelumnya. Kegiatan tersebut tentu saja dapat dilakukan oleh semua umur, baik itu anak-anak, remaja, dewasa, bahkan lansia sekalipun.
Begitu juga dengan kesehatan mental. Bisa dibilang banyak sekali buku yang bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Apalagi di era pandemi COVID-19 sekarang yang tidak hanya menganggu kesehatan fisik, tapi juga kesehatan mental sekarang ini. Sehingga, kita membutuhkan bacaan yang penting untuk menambah pengetahuan.
Di artikel ini, berikut disampaikan 4 buku yang saya pribadi rekomendasikan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan jiwa.
Filosofi Teras
Buku yang ditulis oleh Henry Manampiring ini dibuat berawal dari ketika penulis didiagnosis menderita depresi berat oleh psikiaternya. Awalnya, penulis ini minum obat-obatan yang disarankan oleh psikiater dan kondisinya membaik. Namun, penulis tidak ingin selamanya tergantung kepada obat, sehingga beliau harus mencari jalan lain untuk bisa pulih dari gangguan tersebut.
Di tengah pengobatan, beliau pun mulai mengenal ilmu filosofi teras atau yang dikenal juga sebagai stoisisme. Sebuah filosofi yang mengajarkan tentang kebahagiaan dari kesederhanaan. Buku ini turut mengajarkan kita untuk mengurangi kebiasaan overthinking yang menjadi keluhan remaja atau dewasa muda di era milenial ini. Terutama dengan sebuah pesan yang sangat penting dari Epictetus, salah satu pelopor dari stoisisme.
“Ada hal-hal yang berada di bawah kendali kita, dan ada hal-hal yang tidak ada di bawah kendali kita.”
Hal ini berarti bahwa untuk mencapai kebahagiaan, maka kita harus fokus untuk mengontrol apa yang sekiranya bisa kita kendalikan, seperti pertimbangan (judgement) kita, opini kita, pikiran kita, tujuan kita, ataupun hal-hal yang membutuhkan pikiran dan perasaan kita. Bukan untuk mengontrol yang sekiranya tidak bisa dikendalikan, seperti contohnya pendapat orang lain.
Jelajah Jiwa, Hapus Stigma
Buku ini ditulis oleh dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ, seorang psikiater, penulis, politisi yang cukup aktif dalam merumuskan kebijakan tentang kesehatan mental di Indonesia. Bisa dibilang, buku ini adalah sebuah tesis pendidikan yang digubah sedikit dalam bentuk sebuah buku, sehingga cukup banyak istilah-istilah medis yang termaktub dalam buku ini, meski ada beberapa yang sudah disederhanaka supaya jadi lebih mudah untuk dibaca.
Membuka di halaman-halaman awal, buku ini awalnya berisi autopsi psikologis kepada dua orang pelukis terkenal di Indonesia yang harus mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Dijelaskan secara rinci tentang kehidupannya waktu kecil, hubungan sosial, cara mereka dalam membangun karir sebagai pelukis, serta hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan jiwa, seperti tentang cara mereka dalam menghadapi masalah, atau bagaimana perlakuan keluarga terhadap perkembangan hidup mereka, atau sifat yang mereka miliki. Buku ini mengulik kasus bunuh diri tersebut dan membagi menjadi beberapa jenis faktor seperti faktor biologis, faktor psikologis, hingga faktor psikokultural.
Namun, di beberapa halaman selanjutnya, buku ini pun turut membahas tentang urgensi yang besar akan ramainya kasus bunuh diri di Indonesia, terutama di semua kalangan, baik itu pada populasi umur, atau pada populasi profesi tertentu. Buku ini mengajak kita untuk memahami lebih akan kenapa bunuh diri itu bisa terjadi, dengan dua kasus yang terjadi pada pelukis tersebut sebagai… bisa dibilang, sebuah contoh.
Loving The Wounded Soul
Buku ini ditulis oleh Regis Machdy, seorang akademisi psikologi yang juga merupakan founder dari Pijar Psikologi, sebuah sarana untuk media informasi psikologi dan kesehatan mental di Indonesia. Buku ini bisa dibilang membahas secara rinci tentang penyakit depresi yang benar-benar menganggu hingga bisa membuat seseorang berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
Buku ini berawal dari bagaimana depresi itu sendiri, dijelaskan secara rinci mulai dari faktor risiko dan juga tentang stres itu sendiri yang dapat menimbulkan sebuah luka batin. Disertakan juga di buku ini perjuangan dari penulis tersebut bagaimana dia berjuang melawan rasa depresi yang ada, mulai dari mengunjungi psikiater, hingga mencoba beberapa terapi yang dirasa membantu.
Di buku ini, kemudian kita diajak untuk mengikuti refleksi sang penulis akan makna penting dari depresi itu sendiri. Bagi penulis tersebut, depresi ini mulai kembali memunculkan pertanyaan yang sangat mendasar, mulai dari siapa diri kita, apa prinsip hidup kita, atau apa tujuan Tuhan memberikan cobaan hidup ini kepada kita sebagai penyintas depresi. Selain itu, buku ini juga mengajak kita untuk bersikap lebih empati kepada orang-orang yang berjuang melawan depresi, terutama untuk menghapus stigma akan pengidap itu sendiri.
I Want to Die, But I Want To Eat Tteokpokki
Buku ini merupakan karangan dari Baek Se-Hee, seorang penulis dari Korea Selatan. Buku yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia ini adalah buku yang berisi kumpulan esai yang dibuat oleh penulis sendiri. Ini menceritakan tentang perjuangan sang penulis sendiri dalam menghadapi penyakit distimia yang dia derita.
Bagi yang belum tahu, distimia sendiri adalah sebuah gangguan yang merupakan gangguan depresi yang bersifat persisten alias depresi kronis dalam jangka yang panjang. Penderita distimia ini sendiri akan merasa kehilangan minat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, merasa putus asa, kurang produktif dan rendah diri.
Buku ini benar-benar menceritakan dengan sangat detail tentang perjuangan sang penulis, mulai dari saat ketemu dengan psikiater, menjalani pengobatan, hingga kesusahan yang dia alami saat masa pengobatan. Buku ini pun juga dilengkapi dengan ilustrasi yang segar dan ada juga dialog yang baik antara penulis dan psikiater. Selain itu, di akhir, ada juga refleksi yang menjelaskan tentang apa yang bisa dipelajari dari depresi tersebut.
Nah, Sobat Jiwa Nirmala.
Sekian adalah buku yang bisa saya rekomendasikan. Bisa dibilang, masih banyak lagi buku yang bisa direkomendasikan dengan tema kesehatan mental. Jika ada buku menarik yang belum termasuk, bisa komen dan sertakan buku tersebut.
Ditulis oleh : dr. Farhandika Mursyid
Dokter Umum di Rumah Sakit Khusus Puri Nirmala.
Seorang dokter yang tertarik dengan kesehatan jiwa yang punya hobi berjalan dan merenung. Hasil renungannya pun dituang dalam akun instagram di @dokter.foramen