“Use Heart for Action”

“Use Heart for Action”

Oleh : dr. Fitria Dewi Lestari

Melansir dari situs World Heart Federation, tahun 2024-2026 akan menyerukan tema di atas. Kampanye hari jantung sedunia ini didedikasikan untuk memotivasi setiap negara dalam mengembangkan atau mendukung rencana aksi kesehatan kardiovaskular nasional. Upaya yang dilakukan adalah dengan mempengaruhi kebijakan dan mengadvokasi perubahan perilaku serta aktivitas fisik.

Sejarah Hari Jantung

Ide untuk memperingati Hari Jantung Sedunia dicetuskan oleh Antoni Bayés de Luna yang merupakan presiden World Heart Federation 1997-1999, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit jantung dan kardiovaskular serta dampak globalnya. Hari jantung sedunia pertama kali diperingati pada 29 September 2000, dani sering dilaksanakan pada hari Minggu terakhir bulan September.

Prevalensi Penyakit Jantung dan Kardiovaskular

Penyakit jantung dan kardiovaskular mengacu pada kondisi yang mempengaruhi jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit arteri koroner (CAD), gagal jantung (HF), irama jantung tidak teratur, penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, penyakit serebrovaskular, penyakit arteri perifer, trombosis vena dalam, dan emboli paru.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit jantung dan kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Dilaporkan pada tahun 2020, hampir 1 juta orang di Amerika Serikat meninggal dunia karena penyakit jantung dan kardiovaskular. Berdasarkan Global Burden of Disease dan institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) 2014-2019 penyakit jantung dan kardiovaskular menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit kardiovaskular dengan tingkat komorbiditas yang lebih tinggi sering mengalami gejala depresi, keterbatasan fisik, dan penurunan status kesehatan secara keseluruhan, sehingga penderitanya seringkali mengalami penurunan kualitas hidup.

Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Kardiovaskular

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian penyakit jantung dan kardiovaskular antara lain: hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, merokok, gaya hidup tidak sehat. Faktanya adalah semakin banyak aneka jajanan manis menyebabkan peningkatan penderita diabetes sebesar 50% dalam 10 tahun terakhir, peningkatan jumlah obesitas dari 14,8% menjadi 21,8%, serta sekitar 600 juta sampai 1 milyar orang menderita hipertensi yang tidak terkontrol tahun 1980-2021. Kemudahan yang ada dengan teknologi pesan antar menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik dan pada tahun 2017 berdasarkan studi yang dilakukan oleh Stanford University menobatkan Indonesia menjadi negara “mager” nomor satu di dunia dengan rata-rata 3.513 langkah per-hari.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), seseorang yang mengalami depresi, kecemasan, dan stres dalam jangka waktu lama mungkin mengalami perubahan fisiologis pada tubuh seperti peningkatan reaktivitas jantung (misalnya peningkatan detak jantung dan tekanan darah), berkurangnya aliran darah ke jantung, dan peningkatan kadar kortisol. Seiring berjalannya waktu, efek fisiologis ini dapat menyebabkan penumpukan kalsium di arteri, penyakit metabolik, dan penyakit jantung.

Hubungan Kesehatan Jantung dan Kesehatan Mental

Hidup dengan penyakit jantung dan kardiovaskular lebih dari sekedar gejala fisik. Bayangkan ketika pemacu listrik di tubuh kita sudah tidak berfungsi dengan baik, sewaktu-waktu dapat terjadi korslet, hal ini menyebabkan beban psikologis bagi penderitanya. Seringkali ketika sudah mendapat diagnosis penyakit jantung dan kardiovaskular menimbulkan rasa was-was, ketidakpastian mengenai kondisi kesehatan yang dialami, dan rasa rentan. Kekhawatiran terus menerus tentang komplikasi yang mungkin terjadi dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang dapat berdampak pada seluruh aspek kehidupan mereka. Keadaan ini dapat mengganggu tidur, mengganggu konsentrasi, dan menurunkan kemampuan menikmati aktivitas. Selain itu, keterbatasan yang disebabkan oleh kondisi ini, seperti berkurangnya kemampuan aktivitas fisik dan kebutuhan pengobatan dapat menimbulkan perasaan frustasi dan tidak berdaya yang pada akhirnya meningkatkan risiko depresi.

Beberapa mekanisme biologis diduga berperan dalam hubungan antara gangguan mental dan penyakit kardiovaskular. Faktor kunci dalam hubungan ini adalah aktivasi poros hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) dari stres dan kecemasan yang terus menerus sehingga menyebabkan peningkatan kortisol. Kadar kortisol yang tinggi secara persisten menyebabkan disfungsi regulasi endotel, ketidakseimbangan interleukin pro dan antiinflamasi dan rekrutmen monosit yang bersirkulasi ke dinding arteri. Semua mekanisme ini mendorong pembentukan plak aterosklerotik. Hal ini juga mengganggu regulasi glukosa, yang dapat berkembang menjadi hiperinsulinemia dan resistensi insulin, yang selanjutnya berkembang menjadi diabetes.

Gangguan stres dan kecemasan yang kronis berkontribusi terhadap aktivasi sistem saraf simpatik yang berkelanjutan. Keadaan hiperadrenergik yang berkepanjangan akan mempercepat peradangan pembuluh darah dan stres oksidatif, akibatnya terjadi hipertensi dan aterosklerosis yang meningkatkan terjadinya penyakit jantung dan kardiovaskular. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar biomarker inflamasi (misal interleukin 1 dan 6 serta protein C-reaktif) berhubungan dengan kejadian penyakit jantung dan kardiovaskular serta depresi.

Kesimpulan

Kesimpulannya, hubungan antara penyakit kardiovaskular dan kesehatan mental bersifat kompleks dan bersifat dua arah, dimana kondisi jantung dapat memicu masalah kesehatan mental, dan masalah kesehatan mental dapat memperburuk atau meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Seperti lingkaran setan yang sulit untuk diputus, maka perlu pendekatan komprehensif terhadap perawatan pasien, dengan mengatasi langsung masalah kardiovaskular dan kesehatan mental serta faktor-faktor mendasar yang berkontribusi terhadap kondisi ini. Strategi manajemen yang efektif mencakup berbagai intervensi, termasuk perawatan farmakologis, psikoterapi, modifikasi gaya hidup, dan teknologi kesehatan digital untuk meningkatkan perawatan dan dukungan pasien.

Kesehatan mental adalah bagian penting dari kesehatan secara keseluruhan dan mengacu pada kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial seseorang. Kesehatan mental mempengaruhi cara kita berpikir, merasakan, bertindak, dan mengambil keputusan.

Selamat Hari Jantung Sedunia

Use Heart for Action

 Yuk sayangi jantungmu dan periksakan kesehatan mentalmu ke RSK Puri Nirmala dengan datang ke Alamat Jl. Jayaningprangan No. 13 Gunungketur, Pakualaman, Yogyakarta atau bisa kontak ke +62 815-2461-7175

Reference:

Borkowski P, Borkowska N (February 18, 2024) Understanding Mental Health Challenges in Cardiovascular Care. Cureus 16(2): e54402. DOI 10.7759/cureus.54402

CDC-About Heart Disease and Mental Health 2024, diakses di: https://www.cdc.gov/heart-disease/about/about-heart-disease-and-mental-health.html

Laporan Riskesdas 2018, diakses di: https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/3514/1/Laporan%20Riskesdas%202018%20Nasional.pdf

world-heart-federation.org