Oleh : dr. Farhandika Mursyid – Dokter Umum Rumah Sakit Khusus Puri Nirmala
Pengantar
Tanggal 25 Januari kemarin, skena kesehatan Indonesia memperingati sebuah hari yang penting, yaitu Hari Gizi Nasional. Kemenkes sendiri menetapkan tema di Hari Gizi Nasional yaitu “Remaja Sehat, Bebas Anemia”. Hal ini dirasa perlu karena hingga saat ini, Indonesia masih dihadapkan pada berbagai permasalahan gizi, dengan kekurangan zat gizi mikro terutama anemia sebagai salah satu permasalahan besar. Hal ini tentu saja bisa menjadi ancaman terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia ke depannya.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 mencatat bahwa 32% dari remaja menderita anemia, artinya ada dari 10 remaja di Indonesia, ada 3-4 remaja yang menderita anemia. Hal ini dikarenakan kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktivitas fisik. Namun, sebelum menggali itu semua, mari kita gali sedikit apa itu anemia, terutama untuk kita selaku kaum milenial dan juga kaum generasi Z sekarang ini.
Anemia merupakan sebuah kondisi dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah dalam aliran tubuh atau jumlah hemoglobin yang berada di bawah batas normal. Kondisi ini dapat mengakibatkan pengidap tampak pucat, lelah dan lemah. Anemia ini pada umumnya terjadi pada seluruh kelompok usia, dengan kelompok yang sering terjadi berupa remaja.
Penyebab
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya anemia, khususnya terhadap populasi remaja sendiri. Salah satu faktor yang paling sering menjadi faktor adalah menurunnya konsumsi zat gizi tertentu, seperti:
- Kurangnya asupan zat besi
Zat besi punya peran yang sangat besar dalam pembentukan hemoglobin dalam darah. Kekurangan zat ini tentu dapat menyebabkan anemia. Untuk mencegah ini, ada beberapa makanan kaya zat besi yang perlu dikonsumsi, seperti hati, sayuran hijau, kentang, kuning telur, kacang-kacangan, daging merah, dan lain-lain.
Tetapi, bukan hanya itu saja, ada beberapa makanan dan obat-obatan yang harus dihindari karena dapat menghambat penyerapan zat besi bila dikonsumsi dengan makanan kaya zat besi, seperti produk susu, makanan kaya kalsium lainnya, suplemen kalsium, antasida, kopi, dan teh.
- Kurangnya asupan vitamin B12 dan asam folat.
Tubuh membutuhkan vitamin B12 dan folat untuk membuat sel darah merah. Pola makanan dengan rendah vitamin ini dapat menyebabkan anemia. Selain itu, gangguan autoimun atau masalah pencernaan juga dapat membuat tubuh kita kurang dalam menyerap vitamin B12. Zat tersebut juga bisa diperoleh dari konsumsi makanan seperti makanan hewani dan sereal sarapan. Sedangkan, folat sendiri dapat diperoleh dari sayuran berdaun hijau dan buah-buahan.
Selain zat gizi, ada faktor lainnya yang menjadi penyebab dari munculnya anemia, seperti:
- Mengidap penyakit tertentu
Penyakit atau infeksi kronis dapat menyebabkan tubuh memproduksi lebih sedikit sel darah merah. Hal ini dapat disebabkan karena penurunan hemoglobin sebagai dampak dari penyakit, atau terganggunya kemampuan penyerapan zat gizi seperti kasus penyakit Crohn, penyakit celiac, atau operasi bypass lambung. Untuk itu, bisa dikonsultasikan kepada dokter atau ahli gizi jika membutuhkan pengobatan tertentu, seperti obat ataupun nutrisi.
- Kehilangan darah
Kehilangan terlalu banyak sel darah merah adalah salah satu penyebab dari anemia. Seperti pada kasus menstruasi dengan perdarahan yang besar pada perempuan, atau pada cedera atau pembedahan yang menyebabkan kehilangan darah yang besar.
Gejala dan Diagnosis
Untuk membantu pencegahan anemia, perlu juga diketahui tanda dan gejala yang mengarah kepada anemia. Berikut adalah gejala yang dimaksud:
- Kulit pucat
- Kulit dan bagian mata menguning
- Pipi dan bibir pucat
- Lapisan kelopak mata dan bantalan kuku terlihat kurang merah muda dari biasanya
- Mudah marah
- Tubuh lemah
- Mudah lelah dan lebih sering tidur siang
Akibat
Jika penyakit anemia ini tidak bisa dicegah dengan baik, maka akan timbul dampak yang menjadi berbahaya untuk ke depannya, terutama juga untuk kesehatan mental, seperti:
- Penurunan Konsentrasi dan Kinerja
Anak yang memiliki anemia itu kemungkinan besar memiliki IQ lebih rendah. Hal itu dikarenakan bahwa zat besi juga memiliki peran dalam perkembangan fungsi otak. Sehingga bila zat ini berkurang, perkembangan kognitif pun juga jadi tidak maksimal. Gangguan kogntiif ini juga dapat menganggu perkembangan motorik dan mental dari anak, sehingga pengidap anemia jadi cenderung sulit untuk konsentrasi mengakibatkan kinerja yang rendah.
- Depresi
Ada beberapa teori yang menjelaskan hubungan antara kejadian anemia dan munculnya gejala depresi. Seperti, adanya peningkatan hormon glukokortikoid yang ditemukan pada pasien dengan gejala depresi dan kasus anemia. Peningkatan hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada pembentukan saraf dan juga menghasilkan gejala depresi karena adanya gangguan pada fungsi kognitif dan emosional pada otak.
Hal ini juga dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan di Prancis pada tahun 2016 dengan melibatkan 44.173 pasien. Pada penelitian itu, ditemukan bahwa gejala depresi memiliki keterkaitan yang signifikan dengan kejadian anemia.
- Tumbuh Kembang Terhambat
Penurunan zat besi yang jadi sebab dari anemia sendiri terbukti menajdi sebab dari gangguna kognitif yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Zat besi sendiri memang berperan dalam pertumbuhan sel anak. Kondisi yang dapat terjadi dapat berupa kenaikan berat badan dan kurangnya nafsu makan.
- Gangguan Kesehatan Reproduksi
Pada wanita remaja hingga dewasa, anemia sendiri dapat mengakibatkan gangguan kesehatan reproduksi dalam jangka panjang. Perempuan dengan anemia sendiri rentan mengalami komplikasi saat hamil dan bersalin kelaknya, seperti keguguran, persalinan prematur, bayi berat badan lahir rendah, dan pendarahan setelah persalinan.
- Gagal Jantung
Kondisi ini bisa dibilang adalah dampak fatal dari anemia. Kondisi ini terjadi karena kinerja jantung yang tidak optimal dan sulit memenuhi kebutuhan oksigen seluruh tubuh. Jika ini berlangsung lama, maka jantung kehilangan kemampuan untuk berkontraksi dengan baik, sehingga terjadi kondisi berupa gagal jantung.
Untuk mengurangi gangguan kesehatan mental, maka juga diperlukan adanya konsumsi gizi yang baik dan seimbang. Hal itu bisa dilakukan juga dengan berkonsultasi kepada professional kesehatan, seperti dokter umum, ataupun ahli gizi terkait pencegahan. Namun, jika sudah ditemukan gejala seperti depresi atau gangguan terhadap konsentrasi dan kinerja, dapat juga dibicarakan dengan professional kesehatan mental seperti psikiater dan juga psikolog. Perbedaan dari kedua profesi itu dapat dibaca di sini.
Hubungi rumah sakit terdekat bila anda memerlukan bantuan medis. Atau silakan hubungi kami bila anda memerlukan bantuan. Anda juga bisa menyesuikan dengan jadwal dokter anda.
RUMAH SAKIT KHUSUS PURI NIRMALA
JL. Jayaningprangan No. 13 Gunungketur, Pakualaman, Yogyakarta
Telp. (0274) 515255