Kesehatan Mental bagi Anak Penderita Kanker

Oleh : dr. MG Rini Arianti, Sp.KJ

Setiap tahunnya, diestimasikan 400.000 anak dan remaja usia 0-19 tahun menderita kanker. Berdasarkan publikasi Globocan pada tahun 2020, diestimasikan terdapat 11.156 kasus baru kanker anak pada usia 0- 19 tahun di Indonesia, dengan kasus terbanyak adalah Leukemia yakni terdapat 3.880 kasus atau sebanyak 35%, diikuti oleh Limfoma Non Hodgkin dan Tumor Otak (Globocan, 2020; WHO, 2021).

Anak dengan kanker rentan mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca trauma (PTSD). Hal ini disebabkan oleh berbagai keadaan psikologis yang mencakup perasaan, pemikiran serta perilaku yang dipengaruhi  oleh pengalaman dan tantangan fisik yang datang dengan diagnosa kanker. Selain beban fisik yang berat anak yang menderita kanker akan mengalami stress emosional  seperti kaget, cemas, sedih, bingung, takut, marah, dan frustasi,  tidak mempunyai harapan terkait dengan penyakit dan perawatan yang dijalani. Fase diagnosis merupakan masa yang berat bagi  orang tua secara psikologis sehingga ditemukan lebih banyak masalah pada fase ini dibandingkan dengan fase yang lain. 

WHO menargetkan 60% anak penderita kanker dapat diselamatkan pada tahun 2030. Apabila hal ini tercapai maka sebanyak 1 juta anak dengan kanker di seluruh dunia dapat diselamatkan di dekade berikutnya.

Penanganan kanker pada anak tidak semata-mata berupa pengobatan, seperti kemoterapi, radioterapi, dan operasi, tetapi juga dukungan psikososial penting didapat anak yang terkena kanker, orang tua atau pihak keluarga.

Diagnosis Kesehatan Mental pada Kanker Anak 

Diagnosa Masalah Kesehatan Mental pada anak, dengan kanker melibatkan pendekatan multidisipliner, termasuk dokter anak, dokter spesialis anak, psikolog dan tenaga medis lainnya. 

Beberapa Langkah yang biasa dilakukan dalam diagnosis adalah:

  1. Wawancara dan observasi: untuk mengevaluasi kondisi emosional dan perilaku anak
  2. Skala Penilaian Psikologis: seperti skala kecemasan, depresi dan stress, untuk menilai tingkat keparahan masalah
  3. Wawancara dengan orang tua: untuk menggali perasaan dan kekhawatiran orang tua mengenai kondisi anak
  4. Pemeriksaan Klinis: menilai faktor medis yang dapat mempengaruhi kondisi mental  anak, seperti efek samping pengobatan atau komplikasi

Tata laksana Kesehatan Mental pada kanker Anak 

Tata laksana bertujuan untuk mengurangi dampak psikologis yang ditimbulkan penyakit tersebut dan mendukung kenyamanan emosional anak selama proses pengobatan.  

Beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam penatalaksanaan meliputi:

  1. Edukasi dan dukungan Psikososial 

Memberikan informasi tentang penyakit dan pengobatan yang sedang dijalani serta membangun dukungan sosial untuk anak dan keluarganya. Menciptakan lingkungan yang mendukung baik di rumah maupun di sekolah untuk mengurangi stress  dan memberikan rasa normalitas pada anak. 

  1. Terapi Psikologis

Pertama yang harus dilakukan berhubungan dengan pasien kanker adalah membantu pasien mengenali gejala-gejala psikologisnya. Hal ini dilakukan karena pasien sering kali menyangkal adanya masalah tersebut dalam dirinya. Pengenalan gejala yang baik akan membantu proses terapi psikologis selanjutnya. Psikiater atau psikolog klinis perlu untuk memberikan dukungan agar pasien mampu mengekspresikan emosinya.

Terapi Kognitif dan Perilaku (CBT) dapat digunakan untuk membantu anak mengatasi kecemasan, depresi dan stres. Selain itu terapi bermain juga bisa menjadi cara efektif untuk membantu  anak mengungkapkan perasaannya. 

Dalam perawatan pasien kanker di rumah sakit, pasien juga bisa diikutsertakan dalam terapi kelompok bersama dengan para penderita kanker yang lain. Hal ini untuk membuat pasien tidak merasa sendiri dan terisolasi.

  1. Dukungan keluarga 

Keterlibatan keluarga sangat penting dalam perawatan kesehatan mental anak. Psikoedukasi bagi orang tua tentang bagaimana mendukung anak secara emosional juga diperlukan.

  1. Manajemen nyeri dan gejala fisik

Memastikan anak tidak mengalami rasa sakit yang tidak terkendali, dapat mengurangi stress dan kecemasan yang berkontribusi pada kondisi mental anak. Psikiater sebagai orang yang mengerti fisiologis medis akan sangat baik memberikan terapi psikologis tentang cara mekanisme adaptasi pasien terhadap nyeri kankernya. Pada kasus tertentu, penggunaan obat-obatan seperti : antidepresan atau anti cemas mungkin diperlukan, terutama jika kondisi mental anak cukup parah   disamping proses terapi psikologis pasien kanker perlu mendasarkan terapinya pada empati dan kasih sayang.

  1. Pendekatan multidisipliner

Kolaborasi antara dokter, psikiater, psikolog serta tenaga medis lainnya untuk memastikan penanganan yang komprehensif dan terintegrasi merawat anak.

  1. Dukungan jangka Panjang. Mengingat penyakit kanker anak sering memerlukan perawatan jangka Panjang, penting untuk menyediakan dukungan mental yang berkelanjutan bahkan setelah anak selesai menjalani pengobatan.
  1. Mengusahakan pendekatan spiritual yang paling nyaman untuk pasien. Dukungan yang baik antara semua faktor dalam kehidupan pasien akan meningkatkan harapan hidup dan berkualitas pada pasien kanker.

Tata laksana ini sangat tergantung pada tahap, kondisi fisik anak dan dukungan sosial yang ada. Tim Medis yang bekerja sama dengan anak dan keluarga harus selalu memantau perkembangan kondisi mental anak dan menyesuaikan pendekatannya dengan berjalannya waktu. 

Sumber :

Buku Panduan Dini Penemuan Kanker Pada Anak Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Tahun 2023

https://sardjito.co.id/2018/12/04/kebutuhan-psikologis-anak-kanker/

https://ijcp.ui.ac.id

https://www.himpsi.or.id

https://www.yki.or.id