Oleh : dr. MG Rini Arianti, Sp.KJ
Perawatan paliatif adalah pendekatan medis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dalam menghadapi penyakit serius, dengan menekankan pada pengelolaan gejala, pengurangan penderitaan, dan pemberian dukungan emosional serta spiritual. Meskipun seringkali dikaitkan dengan pasien terminal, konsep perawatan paliatif dapat diterapkan pada berbagai kondisi kronis, termasuk skizofrenia.
Perawatan paliatif pada skizofrenia bukan hanya soal pengobatan medis, tetapi juga mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual untuk membantu pasien menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya meskipun menghadapi tantangan yang sangat besar
Tujuan perawatan paliatif (khususnya gangguan Skizofrenia) adalah:
- Meningkatkan kualitas hidup pasien dalam menghadapi penyakit yang diderita
- Tanpa merasa tertekan atas penyakit yang diderita, baik secara fisik maupun psikis yang berbasis spiritual
- Memaksimalkan kualitas hidup pasien serta mengurangi gejala yang mengganggu, dengan memperhatikan aspek psikologis dan spiritual pasien maupun keluarga
- Mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial, merawat diri, mandiri, tidak tergantung pada orang lain.
SKIZOFRENIA
Skizofrenia berasal dari kata “Schizo” yang berarti terpecah dan “phren” yang berarti pikiran sehingga Skizofrenia berarti pikiran yang terpisah. Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang ditandai dengan adanya gangguan dalam menilai realita.
GEJALA KLINIS SKIZOFRENIA
Adapun gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia antara lain:
- Gejala positif, merupakan gejala yang hanya dialami oleh penderita skizofrenia, seperti:
- Waham : keyakinan yg tidak rasional / masuk akal
- Halusinasi : pengalaman panca indra tanpa rangsang
- Alam pikir kacau : isi pembicaraan kacau
- Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, agresif, mondar-mandir
- Merasa dikendalikan, disisipi, disiarkan, disedot pikirannya
- Merasa menjadi orang besar, curiga berlebihan, rasa permusuhan.
b. Gejala negatif, merupakan gejala berkurangnya atau hilangnya perilaku normal, seperti:
- Alam perasaan tumpul, datar/ tidak ada ekspresi
- Menarik/ mengasingkan diri, tidak mau bergaul/ kontak dengan orang lain, suka melamun
- Kontak emosi miskin, sukar diajak bicara
- Pasif dan apatis
- Sulit berpikir abstrak
- Tidak ada kehendak, inisiatif, upaya dan usaha, spontanitas, monoton, malas.
Skizofrenia adalah gangguan yang cenderung berlanjut (kronis, menahun) bahkan dapat berlangsung seumur hidup, memerlukan terapi dalam waktu yang lama (berbulan-bulan sampai bertahun-tahun) untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan dan dapat menyebabkan kerusakan sosial dan psikologis yang signifikan. Sebagian besar pasien Skizofrenia dapat mengalami gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, dan keluarga. Meskipun pengobatan dengan antipsikotik dapat membantu mengontrol gejala, pasien sering kali tetap menghadapi kesulitan jangka panjang, seperti isolasi sosial, kecemasan, dan depresi.
TERAPI SKIZOFRENIA
- Psikofarmaka/ obat-obatan
- Psikososial bertujuan agar penderita mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial, merawat diri, mandiri, tidak tergantung pada orang lain.
- Psikoreligius melalui ritual keagamaan (berdoa, ceramah)
- Rehabilitasi
Bagi gangguan jiwa yang berulang kali kambuh dan kronis, selain program terapi, perlu program rehabilitasi. Tujuan dilakukan rehabilitasi adalah untuk persiapan penempatan kembali ke keluarga dan masyarakat. Dilakukan di lembaga Rehabilitasi (RS Jiwa, dll), dengan waktu 3 bulan sampai dengan 6 bulan. Terapi obat tetap diberikan, diintegrasikan dengan terapi keterampilan/ okupasi. Program rehabilitasi dapat meliputi terapi kelompok, ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian (seni lukis, tari, musik), terapi fisik (olah raga), ketrampilan (membuat kerajinan), bercocok tanam, rekreasi, dan lain sebagainya.
PERAN SERTA KELUARGA DAN MASYARAKAT
Salah satu kendala upaya penyembuhan adalah stigma. Stigma merupakan label negatif yang disematkan pada seseorang atau kelompok tertentu oleh lingkungannya. Sehingga pasien Skizofrenia disembunyikan, dikucilkan, diisolasi, dan dipasung. Untuk menghilangkan stigma, diperlukan penyuluhan dan sosialisasi tentang Skizofrenia, sehingga masyarakat dapat berperan serta dalam upaya pencegahan, terapi, rehabilitasi dan dapat menerima kembali penderita ke keluarga dan masyarakat.
Dalam perawatan paliatif untuk Gangguan Skizofrenia, beberapa prinsip dapat diterapkan: pendekatan multidisipliner, pengelolaan gejala, dukungan emosional dan psikososial, dukungan kepada keluarga, pengelolaan krisis (kekambuhan gejala akut atau perilaku berisiko) dan perawatan jangka Panjang.
KESIMPULAN
Perawatan paliatif pada Skizofrenia sangat penting dalam mendukung kualitas hidup penderita. Dengan memperhatikan aspek fisik, mental, dan sosial, serta memberikan dukungan kepada keluarga. yang berfokus pada pengelolaan gejala, dukungan emosional, dan pemberdayaan pasien, memberikan cara-cara untuk hidup lebih bermakna meskipun menghadapi gangguan kronis.
Penulis adalah seorang psikiater yang berpraktik di RSK Puri Nirmala pada hari Rabu pukul 15.00 – 17.00 WIB dan Jumat Pukul 14.30-17.00 WIB
Ayo jangan ragu untuk periksakan kesehatanmu ke RSK Puri Nirmala
Salam Jiwa Nirmala!
Referensi
(2016, February 7). Retrieved from Universitas Gadjah Mada: Perawatan Paliatif di Indonesia Belum Optimal: ugm.ac.id
Adzani, F. (2016, February 7). Retrieved from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/nasional
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, D. K. (1993). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III, . Jakarta: Depkes RI.
Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakata: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Maramis, W. F. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (Edisi 2). Surabaya: Pusat Penerbitan dab Pecetakan Unair.
Mamnuah, & Trihidayati, N. (2022). Palliative Care pada Skizofrenia : A Literatur review. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan, 15 (1)