Beberapa hari yang lalu, jagad dunia hiburan sempat dihebohkan dengan berita salah satu selebgram yang meninggal dunia akibat komplikasi dari penyakit yang disebut sebagai GERD. Hal ini turut memancing opini terkait penyakit GERD sendiri. Tidak sedikit yang cerita bahwa penyakit GERD sendiri berpotensi menimbulkan kematian. Padahal, menurut beberapa penelitian medis, GERD sendiri sangat tidak mungkin menyebabkan kematian.
Kok bisa? Mari kita pelajari lebih dalam tentang GERD.
Apa itu GERD?
GERD atau yang disingkat sebagai Gastroesophageal Reflux Disease merupakan gejala penyakit pada sistem pencernaan yang berawal dari reflux (menaiknya) isi pada lambung berupa asam lambung ke kerongkongan hingga ke rongga mulut. Di Indonesia sendiri, belum ditemukan angka atau persentase dari penduduk yang terkena GERD yang jelas. Namun, untuk di Amerika Utara sendiri, ditemukan sekitar 18-27% penduduk di sana diperkirakan mengalami gejala yang mengarah kepada GERD ini sendiri.
Seseorang yang mengalami gejala GERD ini sendiri biasanya dapat mengeluhkan gejala yang dikenal sebagai “heartburn” dan juga adanya regurgitasi. Gejala regurgitasi ini sendiri adalah suatu keadaan refluks yang terjadi sesaat setelah makan, ditandai dengan adanya rasa pahit dan asam di lidah. Sedangkan, gejala “heartburn” ini adalah gejala berupa rasa terbakar di daerah epigastrium atau lebih tepatnya rasa terbakar di kawasan ulu hati yang terasa di daerah dada. Kedua gejala tersebut umumnya dirasakan setelah makan atau saat berbaring.
Untuk mengenal kenapa bisa terjadi GERD ini, kita juga harus mengetahui lebih dalam soal kenapa bisa terjadi GERD tersebut. Struktur yang bertanggung jawab terhadap kejadian tersebut adalah otot sfingter kerongkongan bagian bawah (LES) (otot yang membatasi antara kerongkongan dan juga lambung), disertai dengan kemampuan esofagus dalam melakukan pembersihan.
Pada kondisi GERD, struktur LES ini mengalami gangguan sehingga mengakibatkan refluks ke kawasan kerongkongan ditambah lagi dengan adanya gangguan pada sistem pembersihan di esofagus. Hal ini dapat mengakibatkan adanya peradangan pada esofagus.
Kondisi seperti ini seringkali terjadi pada beberapa kondisi berikut:
- Konsumsi obat-obatan dan makanan (coklat, makanan berlemak, kopi, alkohol)
- Hormon, terutama pada wanita hamil dan kondisi menopause
- Kelainan struktural pada kerongkongan
- Obesitas
- Kurangnya aktivitas fisik di tempat kerjaan
- Stress, kecemasan, dan depresi
Lalu… apakah kondisi GERD ini dapat menimbulkan kematian seperti yang banyak disampaikan sebelumnya?
Kondisi GERD seperti ini dapat disembuhkan dengan baik dan tidak dapat menimbulkan kematian mendadak seperti yang banyak ditakutkan orang sebelumnya. Meskipun memang GERD ini dapat menimbulkan komplikasi tertentu seperti itu asma, regurgitasi hingga ke paru, atau juga perdarahan pada kawasan kerongkongan. Namun, kondisi seperti ini sangat jarang sekali menyebabkan kematian.
Kebanyakan GERD ini dapat disembuhkan dengan baik jika diperiksakan ke dokter dan dapat pengobatan tertentu serta mengetahui pola hidup yang bisa digunakan untuk mengurangi gejala GERD tersebut.
Bagaimana mencegah GERD?
Sejatinya, GERD ini sendiri dapat diperbaiki dengan pengaturan pola hidup tertentu, seperti:
- Turunkan berat badan bagi yang menderita obesitas (Indeks Massa Tubuh) tinggi
- Tinggikan kepala sebanyak 1-2 bantal sebelum tidur.
- Makan malam paling lambat 2-3 jam sebelum tidur.
- Hindari makanan atau minuman yang berpotensi menyebabkan GERD, seperti coklat, makanan/minuman yang mengandung kafein, alkohol, dan makanan berlemak.
- Makanlah makanan yang ringan namun rutin ketimbang langsung makan dengan porsi banyak untuk melancarkan pencernaan.
- Gunakan pakaian yang longgar untuk mengurangi tekanan pada perut
- Berhenti merokok.
- Hindari stres berlebihan.
Gejala GERD dan pengobatan yang disarankan
Meskipun bisa disembuhkan dengan baik, kondisi GERD ini sendiri dapat menimbulkan beberapa gejala yang mesti diwaspadai, terutama karena kemungkinan komplikasi yang dapat mengakibatkan kematian, meskipun itu jarang sekali terjadinya. Gejala yang patut diwaspadai itu berupa:
- Tidak bisa makan atau menelan
- Nyeri saat menelan
- Perdarahan pada saluran pencernaan (muntah darah, atau BAB mengandung darah)
- Penurunan berat badan
- Gejala anemia
Jika teman-teman mengeluhkan gejala yang mengarah kepada GERD, obat-obatan yang dapat dikonsumsi saat ini adalah obat berupa antasida. Namun, penggunaan tersebut juga harus sesuai anjuran dari dokter. Jika misalkan setelah pengobatan pun, gejala masih belum membaik, alangkah baiknya jika dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter umum atau dokter spesialis Penyakit Dalam di Rumah Sakit atau pelayanan kesehatan terdekat.
Ditulis oleh : dr. Farhandika Mursyid
Dokter Umum, Rumah Sakit Khusus Puri Nirmala.
Sumber Artikel.
- Katz, PO, Gerson, LB, Vela, MF 2013, ‘Guidelines for the diagnosis and management of gastroesophageal reflux disease’. American Journal of Gastroenterology, vol. 108, pp. 302-328.
- Mayo Clinic, 2021. Gastroesophageal reflux disease (GERD). Mayo Clinic. Diakses pada 2021.
- Saputera, MD, Budianto, W, 2017, ‘Diagnosis dan tatalaksana gastroesophageal reflux disease (GERD) di pusat pelayanan kesehatan primer’. CDK Medical Journal, vol. 44, no. 5.
- Clarrett, DM, Hachem, C, 2018, ‘Gastroesophageal reflux disease (GERD)’. Missouri Medicine, vol. 115, no. 3.
- NYU Langone Health, Lifestyle changes for gastroesophageal reflux disease. New York University. Diakses pada 2021.