Oleh : Luthfi Hanifah, S.Kep, Ners
Hari Alzheimer sedunia diperingati setiap tanggal 21 September. Peringatan ini menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran global tentang penyakit Alzheimer atau jenis demensia lainnya.
Pengertian Demensia
Demensia merupakan suatu gangguan neurodegeneratif yang mempengaruhi proses kognitif dan memori individu. Prevalensi demensia di dunia pada Tahun 2010 mencapai 35. 6 juta dan diprediksi mengalami peningkatan dua kali lipat setiap 20 tahun menjadi 65,7 juta pada Tahun 2030 dan 115,4 juta pada Tahun 2050. Demensia tidak hanya sebatas masalah memori, melainkan juga adanya kemunduran fungsi mental secara luas. Hal ini terjadi karena adanya kerusakan jaringan otak yang menyebabkan otak tidak dapat bekerja secara maksimal, sehingga individu mengalami masalah dalam intelegensi, kemampuan berpikir, dan memahami sesuatu. Penyebab demensia bisa berbeda-beda tergantung pada jenis perubahan otak yang mungkin terjadi, diantaranya demensia vaskular, frontotemporal, lewy body, parkinson, dan alzheimer. Hampir 80% penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer.
Gejala Demensia
- Gangguan memori, hal ini ditandai dengan sulit mengingat informasi yang baru ataupun mengingat peristiwa penting dalam kehidupan sehari-hari.
- Gangguan berpikir, ditandai dengan kesulitan dalam menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, ataupun berfikir secara logis.
- Perubahan perilaku, pada individu dengan demensia berkaitan dengan perubahan pola tidur, perubahan mood secara tiba-tiba, kecemasan, kebingungan, dan depresi.
- Kesulitan dalam komunikasi, ditandai dengan sulitnya menemukan kata yang tepat dalam berbicara, sulit mengikuti percakapan, ataupun sulit memahami bahasa tertulis dan lisan.
- Kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, Individu dengan demensia seringkali mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas daily living seperti mandi, berpakaian, memasak, ataupun menjaga kebersihan diri.
Orang dengan Demensia (ODD) seringkali mengalami masalah berupa hilangnya kemampuan dalam merawat diri sendiri, sulit mengenali lingkungan sekitarnya, baik tempat, orang lain, bahkan keluarganya. Oleh karena itu, penderita demensia membutuhkan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari khususnya dari keluarga.
Faktor Risiko Demensia
- Usia, demensia berisiko meningkat seiring dengan meningkatnya usia dimana kasus ini banyak terjadi pada usia lanjut diatas 65 tahun.
- Riwayat Keluarga, terdapat kecenderungan secara genetika dalam demensia Alzheimer dan penyakit huntington.
- Riwayat Penyakit Vaskular, Individu dengan riwayat penyakit vaskular seperti hipertensi, diabetes, obesitas memiliki risiko untuk mengalami demensia vaskular.
- Gaya Hidup, gaya hidup yang buruk seperti pola makan tidak sehat, merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan resiko demensia.
- Trauma Kepala, cedera kepala yang berat dan berulang dapat meningkatkan resiko mengalami demensia.
Perawatan dan Manajemen Demensia
Demensia dapat diatasi dengan beberapa strategi perawatan farmakologi dan nonfarmakologi. Pemberian obat-obatan dapat membantu dalam mengendalikan gejala demensia, sedangkan terapi kognitif, terapi okupasional, dan terapi fisik dapat bermanfaat dalam melatih kemampuan kognitif dan mewujudkan kemandirian pada individu dengan demensia. Perubahan gaya hidup yang dimaksud meliputi menjaga pola makan, olahraga secara teratur, tidur cukup, dan menjaga kesehatan fisik. Perubahan gaya hidup yang sehat diharapkan dapat memperlambat perkembangan demensia.
Salah satu bentuk support sosial penderita demensia yaitu dengan melibatkan mereka dalam kegiatan sosial dan bermanfaat. Dukungan sosial tersebut dapat diperoleh dari keluarga, teman, komunitas atau masyarakat dapat menjadi support emosional bagi penderita demensia. Selain itu, dengan adanya dukungan sosial yang baik diharapkan kualitas hidup individu dengan demensia dapat meningkat.
Upaya Pencegahan Demensia
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya demensia meliputi:
- Mengurangi resiko terjadinya penyakit kardiovaskular
- Melakukan diet seimbang
- Mengelola stress dengan baik
- Melakukan aktivitas fisik secara teratur
- Melakukan stimulasi otak secara optimal
Dengan kampanye kesadaran yang semakin meluas, diharapkan lebih peka terhadap gejala awal demensia dan berkontribusi dalam mengurangi stigma serta diskriminasi terhadap penderita. Yuk periksakan kesehatan mentalmu ke RSK Jiwa Puri Nirmala atau dengan menghubungi nomor 081524617175
Daftar Pustaka
Aulia, N. N. (2023). Dampak Program Caregiver Meeting Terhadap Penerimaan Diri Caregiver Keluarga di Yayasan Alzheimer Indonesia. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Muthmainnah, Hayuwaskita, A. A., & Sukma, H. (2024). Cegah Demensia sedari Muda. Purbalingga: Eureka Media Aksara.
Saras, T., Anita, W., & Jaya, S. (2023). Demensia: Memahami, Mengatasi, dan Merawat dengan Bijaksana. Semarang: Tiram Media.
Susanti, N., Siregar, N. H., Ramadhani, N., & Sihite, R. N. (2024). Alzeimer dan Dimensia. Jurnal Kesehatan Tambusai, 5736-5743.Tarnoto, K. W., & Okvia, T. (2024). Intervensi ABG Sebagai Upaya Mencegah Risiko Demensia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pemus, 1-10.